Ceritasakti.com - Keluarga kecil itu, terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak mereka, Rani dan Dika, baru saja pindah ke rumah baru mereka di pinggiran kota. Rumah itu, meskipun tua dan agak usang, memiliki pesona tersendiri dengan taman yang luas dan loteng yang penuh misteri. Anak-anak, Rani dan Dika, sangat bersemangat menjelajahi setiap sudut rumah, terutama loteng yang penuh dengan barang-barang peninggalan pemilik sebelumnya. Mereka merasa seperti sedang berpetualang di dunia yang berbeda, penuh dengan harta karun yang menunggu untuk ditemukan.
Suatu hari, saat Rani dan Dika sedang bermain di loteng, mereka
menemukan sebuah kotak kayu tua yang tersembunyi di balik tumpukan buku-buku
usang. Kotak itu berdebu dan terlihat rapuh, namun ada ukiran indah di
permukaannya yang menarik perhatian mereka. Dengan penuh rasa ingin tahu,
mereka membuka kotak itu dengan hati-hati dan menemukan sebuah foto keluarga
yang sudah menguning. Foto itu menggambarkan sebuah keluarga bahagia, terdiri
dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan, berdiri di depan rumah yang sama.
Mereka bertiga tersenyum lebar, seolah-olah tidak ada beban di dunia ini.
"Lihat, Bu, Ayah!" seru Rani sambil berlari menuruni tangga
loteng, diikuti oleh Dika. Mereka menunjukkan foto itu kepada orang tua mereka
yang sedang bersantai di ruang tamu.
"Wah, ini pasti foto keluarga pemilik rumah sebelumnya," kata
Ayah sambil mengamati foto itu dengan seksama. "Mereka terlihat sangat
bahagia."
"Iya, Ayah. Tapi, kenapa mereka meninggalkan foto ini di sini?"
tanya Dika penasaran.
Ibu tersenyum. "Mungkin mereka lupa membawanya saat pindah. Atau
mungkin mereka sengaja meninggalkannya sebagai kenang-kenangan."
Malam itu, keluarga itu menggantung foto tersebut di ruang tamu, tepat
di sebelah foto keluarga mereka sendiri. Mereka merasa senang bisa berbagi
rumah dengan kenangan keluarga lain. Mereka berharap bisa menciptakan kenangan
indah mereka sendiri di rumah itu, seperti keluarga di dalam foto.
Namun, sejak saat itu, kejadian-kejadian aneh mulai terjadi. Pintu-pintu
terbuka dan tertutup sendiri, suara-suara langkah kaki terdengar di lorong pada
malam hari, dan barang-barang sering berpindah tempat tanpa sebab. Anak-anak
mulai merasa takut, dan orang tua mereka pun mulai khawatir. Mereka mencoba
mencari penjelasan logis, tapi tidak ada yang masuk akal.
Suatu malam, saat keluarga itu sedang makan malam, lampu tiba-tiba
padam. Rumah menjadi gelap gulita, hanya diterangi oleh cahaya lilin di atas
meja makan. Keheningan mencekam menyelimuti mereka, dan mereka bisa mendengar
detak jantung mereka sendiri. Tiba-tiba, mereka mendengar suara tangisan anak
kecil dari loteng. Suara itu terdengar sedih dan pilu, membuat bulu kuduk
mereka berdiri.
"Ayah, aku takut," bisik Rani sambil memeluk ibunya erat-erat.
Dika juga terlihat ketakutan, wajahnya pucat pasi.
Ayah mengambil senter dan naik ke loteng, diikuti oleh Ibu dan
anak-anak. Mereka mencari sumber suara tangisan itu, tapi tidak menemukan siapa
pun. Loteng itu gelap dan berdebu, dan bayangan-bayangan menari-nari di dinding,
membuat suasana semakin mencekam. Namun, mereka melihat sesuatu yang membuat
mereka merinding. Foto keluarga di ruang tamu telah berubah. Sekarang, foto itu
hanya menggambarkan anak perempuan itu sendirian, dengan ekspresi wajah yang
sedih dan kosong. Senyum bahagia yang dulu menghiasi wajahnya telah lenyap,
digantikan oleh kesedihan yang mendalam.
Keluarga itu ketakutan. Mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak
beres di rumah itu. Mereka memutuskan untuk mencari tahu tentang keluarga
sebelumnya, berharap bisa menemukan jawaban atas misteri yang menyelimuti rumah
mereka.
Mereka pergi ke kantor catatan sipil setempat dan mencari informasi
tentang pemilik rumah sebelumnya. Mereka menemukan bahwa keluarga itu terdiri
dari seorang ayah bernama Pak Bambang, seorang ibu bernama Bu Ani, dan seorang
anak perempuan bernama Lisa. Mereka juga menemukan bahwa Lisa meninggal secara
tragis beberapa tahun yang lalu, dalam sebuah kecelakaan mobil di depan rumah
itu. Pak Bambang dan Bu Ani sangat terpukul oleh kematian Lisa, dan mereka
tidak pernah bisa pulih sepenuhnya dari kehilangan itu.
Keluarga itu terkejut dan sedih mendengar berita itu. Mereka mulai
memahami mengapa ada kejadian-kejadian aneh di rumah itu. Mereka merasa bahwa
arwah Lisa masih bergentayangan di rumah itu, merindukan keluarganya dan tidak
rela melepaskan rumah yang penuh kenangan itu.
Malam itu, keluarga itu berkumpul di ruang tamu, di depan foto Lisa.
Mereka menyalakan lilin dan berdoa untuk Lisa, berharap arwahnya bisa tenang.
Mereka juga meminta maaf karena telah mengganggu ketenangannya, dan mereka
berjanji akan menghormati kenangannya.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara pintu terbuka. Mereka menoleh ke arah
pintu, dan melihat sosok anak perempuan kecil berdiri di sana. Anak itu
mengenakan gaun putih yang sudah usang, dan rambutnya panjang terurai. Wajahnya
pucat, dan matanya kosong, namun ada kesedihan yang mendalam terpancar dari
dirinya.
Keluarga itu terpaku. Mereka tahu bahwa itu adalah Lisa.
Lisa berjalan perlahan ke arah mereka. Ia berhenti di depan foto
keluarganya, dan menatap foto itu dengan sedih. Air mata mengalir di pipinya,
dan ia terisak pelan.
"Aku rindu Ayah dan Ibu," bisik Lisa dengan suara lirih.
"Aku tidak ingin pergi dari sini."
Keluarga itu merasa iba. Mereka ingin membantu Lisa, tapi mereka tidak
tahu caranya. Mereka merasa bersalah karena telah menempati rumah Lisa, dan
mereka ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahan mereka.
Tiba-tiba, Ayah punya ide. Ia mengambil foto keluarga mereka sendiri,
dan meletakkannya di sebelah foto Lisa. Ia menatap Lisa dengan lembut, dan ia
berkata, "Lisa, kami akan menjadi keluargamu sekarang. Kami akan
menjagamu, dan kami akan selalu mengingatmu."
Lisa menatap Ayah dengan mata berkaca-kaca. Ia mengangguk perlahan, dan
senyum tipis terukir di wajahnya. Ia mengulurkan tangannya, dan menyentuh foto
keluarga baru itu. Cahaya lembut memancar dari tangannya, dan foto itu bersinar
terang.
Keluarga itu menyaksikan dengan takjub saat Lisa perlahan menghilang,
menyatu dengan cahaya. Mereka merasa damai dan lega, seolah beban berat telah
terangkat dari pundak mereka.
Sejak saat itu, kejadian-kejadian aneh di rumah itu berhenti. Keluarga
itu hidup bahagia di rumah itu, bersama dengan kenangan keluarga sebelumnya.
Mereka selalu mengingat Lisa, dan mereka selalu merasa bahwa Lisa ada di
sekitar mereka, mengawasi dan melindungi mereka. Mereka sering berbicara
tentang Lisa, dan mereka merasa bahwa Lisa adalah bagian dari keluarga mereka.
Kenangan foto keluarga itu menjadi pengingat bagi mereka, bahwa keluarga
adalah ikatan yang abadi, bahkan setelah kematian. Mereka belajar untuk
menghargai setiap momen bersama keluarga mereka, karena mereka tahu bahwa waktu
bersama orang-orang yang mereka cintai adalah berharga dan tidak bisa
tergantikan. Mereka juga belajar untuk menerima kehadiran Lisa, dan mereka
merasa bersyukur karena bisa berbagi rumah dengan arwah yang baik dan penuh
kasih sayang.
Rumah itu tidak lagi terasa menakutkan atau misterius. Rumah itu terasa hangat dan penuh cinta, karena di dalamnya terdapat kenangan dua keluarga yang berbeda, namun saling terhubung oleh ikatan kasih sayang yang abadi. Dan keluarga itu tahu, bahwa mereka akan selalu memiliki tempat khusus di hati Lisa, seperti Lisa akan selalu memiliki tempat khusus di hati mereka. (E/S)