Ceritasakti.com - Suara burung hutan terdengar di Desa Batang Lupar, Kalimantan Barat, saat sepuluh mahasiswa KKN dari Jawa tiba. Matahari sore yang biasanya hangat, kini tersembunyi di balik kabut, menciptakan suasana yang mencekam. Mereka disambut oleh kepala desa, Pak Long, dengan senyum ramah yang sedikit dipaksakan.
"Selamat datang di Batang
Lupar," Pak Long menyapa, "Saya harap kalian bisa menyesuaikan diri
dengan kehidupan di sini."
Mahasiswa-mahasiswa itu
mengangguk antusias, berusaha menyembunyikan kegugupan mereka. Mereka telah
mendengar cerita-cerita tentang desa ini, tentang adat istiadatnya yang kental
dan kepercayaan mistisnya yang kuat.
Hari-hari pertama mereka di
Batang Lupar diisi dengan kegiatan-kegiatan KKN seperti mengajar di sekolah
desa, membantu warga bertani, dan melakukan survei kesehatan. Mereka berusaha
berbaur dengan masyarakat setempat, belajar bahasa dan adat istiadat mereka.
Namun, ada satu hal yang membuat
mereka gelisah. Pak Long telah memperingatkan mereka tentang beberapa pantangan
yang harus dipatuhi. Salah satunya adalah larangan memasuki hutan larangan,
yang konon dihuni oleh makhluk-makhluk gaib.
"Hutan itu adalah tempat
keramat," Pak Long menjelaskan, "Jika kalian melanggar pantangan,
kalian akan menerima akibatnya."
Mahasiswa-mahasiswa itu
mengangguk patuh, namun rasa penasaran mereka terhadap hutan larangan semakin
besar. Suatu malam, salah satu dari mereka, Andi, memutuskan untuk melanggar
pantangan. Dia mengajak teman-temannya, Doni dan Riko, untuk menjelajahi hutan
larangan.
"Ayolah, jangan
takut," Andi membujuk, "Kita hanya ingin melihat-lihat saja.
Lagipula, ini kesempatan langka."
Doni dan Riko ragu-ragu, namun
akhirnya mereka setuju. Mereka bertiga menyelinap keluar dari rumah tempat
mereka menginap dan menuju hutan larangan.
Hutan larangan gelap dan sunyi.
Suara-suara binatang malam terdengar dari kejauhan, menambah suasana mencekam.
Andi, Doni, dan Riko berjalan hati-hati, berusaha tidak membuat suara.
Mereka tiba di sebuah sungai
kecil yang mengalir di tengah hutan. Andi melihat sebuah batu besar di tepi
sungai. Dia mendekatinya dan melihat ada ukiran aneh di permukaan batu itu.
"Lihat ini," Andi
memanggil Doni dan Riko.
Mereka bertiga mengamati ukiran
itu dengan seksama. Ukiran itu berbentuk wajah manusia dengan ekspresi marah.
Di bawah wajah itu, terdapat tulisan dalam bahasa daerah yang mereka tidak
mengerti.
Andi mengeluarkan ponselnya dan
memotret ukiran itu. Dia ingin menunjukkannya kepada teman-temannya yang lain.
Tiba-tiba, mereka mendengar
suara gemuruh dari arah hutan. Mereka menoleh dan melihat kabut tebal bergerak
cepat ke arah mereka.
Mereka bertiga panik dan berlari
kembali ke desa. Namun, kabut itu semakin dekat. Mereka merasa seperti dikejar
oleh sesuatu yang tidak terlihat.
Mereka akhirnya berhasil keluar
dari hutan larangan dan kembali ke desa. Mereka terengah-engah, kelelahan dan
ketakutan.
Keesokan harinya, Andi
menunjukkan foto ukiran batu itu kepada teman-temannya. Salah satu dari mereka,
Maya, yang berasal dari Kalimantan, mengenali ukiran itu.
"Itu adalah ukiran wajah
roh penjaga hutan larangan," Maya menjelaskan, "Kalian telah
melanggar pantangan dan mengganggu roh itu. Kalian akan menerima kutukan."
Mahasiswa-mahasiswa itu terkejut
mendengar penjelasan Maya. Mereka tidak percaya bahwa mereka telah melakukan
kesalahan fatal.
Beberapa hari kemudian, Andi
mulai mengalami kejadian-kejadian aneh. Dia sering melihat bayangan hitam di
sudut matanya, mendengar suara-suara bisikan di telinganya, dan merasa ada yang
mengikutinya kemanapun dia pergi.
Andi menjadi ketakutan dan
gelisah. Dia menceritakan kejadian-kejadian itu kepada teman-temannya, namun
mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Suatu malam, Andi menghilang.
Teman-temannya mencarinya ke seluruh desa, namun mereka tidak menemukannya.
Mereka melaporkan kehilangan Andi kepada Pak Long.
Pak Long menggelengkan kepala
sedih. "Ini adalah akibat dari perbuatan kalian," katanya,
"Kalian telah melanggar pantangan dan mengganggu roh penjaga hutan
larangan. Andi telah diambil oleh roh itu."
Mahasiswa-mahasiswa itu merasa
bersalah dan menyesal. Mereka tidak menyangka bahwa perbuatan mereka akan
berakibat fatal.
Mereka memutuskan untuk
meninggalkan Batang Lupar lebih cepat dari jadwal yang ditentukan. Mereka tidak
ingin mengalami hal yang sama seperti Andi.
Namun, sebelum mereka pergi, Pak
Long memberikan mereka sebuah pesan.
"Ingatlah," Pak Long
berkata, "Hutan larangan adalah tempat keramat. Jangan pernah melanggar
pantangan lagi, di manapun kalian berada."
Mahasiswa-mahasiswa itu
mengangguk patuh. Mereka berjanji tidak akan pernah melupakan pelajaran
berharga yang mereka dapatkan di Batang Lupar.
Beberapa bulan kemudian,
mahasiswa-mahasiswa itu kembali ke kampus mereka di Jawa. Mereka berusaha
melupakan kejadian-kejadian mengerikan yang mereka alami di Batang Lupar.
Namun, mereka tidak tahu bahwa
kutukan itu belum berakhir. Andi, yang dianggap telah diambil oleh roh penjaga
hutan larangan, sebenarnya masih hidup. Dia telah dibawa ke dunia lain, dunia
roh-roh.
Di dunia roh, Andi bertemu
dengan roh penjaga hutan larangan. Roh itu marah besar karena Andi telah
melanggar pantangan dan mengganggu kedamaiannya.
Roh itu memberikan Andi sebuah
pilihan. Andi bisa tetap tinggal di dunia roh selamanya, atau dia bisa kembali
ke dunia manusia dengan membawa kutukan.
Andi memilih untuk kembali ke
dunia manusia. Dia tidak ingin terjebak di dunia roh selamanya.
Andi kembali ke dunia manusia,
namun dia tidak lagi sama. Dia telah dirasuki oleh roh penjaga hutan larangan.
Dia menjadi jahat dan pendendam.
Andi mulai meneror
teman-temannya yang lain. Dia muncul di mimpi mereka, mengganggu mereka di
kampus, dan bahkan mengancam akan membunuh mereka.
Teman-teman Andi ketakutan dan
bingung. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka merasa bersalah karena
telah meninggalkan Andi di Batang Lupar.
Mereka akhirnya memutuskan untuk
kembali ke Batang Lupar dan meminta bantuan Pak Long. Pak Long setuju untuk
membantu mereka.
Pak Long melakukan ritual untuk
mengusir roh penjaga hutan larangan dari tubuh Andi. Ritual itu berlangsung
selama beberapa hari.
Akhirnya, roh penjaga hutan
larangan berhasil diusir dari tubuh Andi. Andi kembali normal, namun dia tidak
ingat apa-apa tentang kejadian-kejadian yang dia alami selama dirasuki roh itu.
Mahasiswa-mahasiswa itu lega
karena Andi akhirnya selamat. Mereka berterima kasih kepada Pak Long dan
berjanji tidak akan pernah melanggar pantangan lagi.
Mereka meninggalkan Batang Lupar
dengan perasaan campur aduk. Mereka senang karena Andi telah kembali, namun
mereka juga sedih karena mereka harus meninggalkan desa yang telah menjadi
bagian dari hidup mereka.
Mereka belajar banyak hal dari
pengalaman mereka di Batang Lupar. Mereka belajar tentang pentingnya
menghormati adat istiadat dan kepercayaan masyarakat setempat. Mereka juga
belajar tentang kekuatan persahabatan dan pentingnya saling mendukung dalam
menghadapi kesulitan.
Mereka akan selalu mengingat
Batang Lupar sebagai tempat yang penuh misteri dan keajaiban. Mereka akan
selalu mengingat pengalaman mereka di sana sebagai pelajaran berharga yang akan
mereka bawa sepanjang hidup mereka. (E/S)