Rabu, 31 Agustus 2022

Alur Cerita Film The Green Knight



The Green Knight adalah sebuah film petualangan fantasi epik berdasarkan legenda Arthurian abadi. Diceritakan seorang pemuda keponakan Raja Arthur bernama Sir Gwain yang sedikit ceroboh dan keras kepala yang terpaksa memulai perjalanan penuh tantangan untuk menemui dan menghadapi Kesatria Hijau, makhluk kuat berkulit hijau yang dikenal sebagai penguji para kesatria.


Dalam cerita film ini menampilkan beberapa sinematografi yang sangat bagus dan menakjubkan, beberapa plot cerita memang agak sedikit lambat alias tidak cepat, menuntut perhatian lebih teliti dari penonton untuk mengikuti alur ceritanya. Namun hebatnya sang sutradara membuat akhir film yang sangat sempurna dan pastinya layak untuk diambil pesan moralnya.



Film diawali latar belakang sebuah wilayah kerajaan dimana keponakan dari Raja Arthur seorang pemuda bernama Sir Gwain sedang menikmati gaya hidupnya yang bebas bersama kekasihnya... yaaah layaknya seperti rakyat biasa.


Kemudian dia kembali ke kastilnya berniat mengajak ibunya untuk menghadiri sebuah perayaan dan bergembira di istana raja namun ibunya menolak halus untuk ikut serta anaknya tersebut.


Sampailah Gwain di istana raja yang sudah ramai orang-orang mengikuti perayaan di sana. Di waktu bersamaan scene berpindah dimana ibu Gwain pergi ke sebuah menara dan melakukan sebuah ritual. Dalam scene tersebut dapat terlihat bahwa ibu Gwain adalah seorang paranormal atau cenayang.


Di perayaan istana tiba-tiba raja Arthur memanggil Gwain untuk duduk di sampingnya karena Gwain memang masih kerabat istana dianggap pantas mendapatkan kehormatan tersebut. 


Di puncak perayaan, di hadapan para kesatria Raja Arthur pun meminta seseorang siapa pun itu agar mengadakan sebuah permainan atau pertunjukan yang spesial. Tiba-tiba pintu gerbang istana terbuka dan tampak seorang kesatria berwujud aneh tubuhnya bersinar hijau mengendarai kuda masuk perlahan mendekati Raja dan memberikan selembar surat.



Sang kesatria hijau menawarkan sebuah permainan kepada raja. Siapa pun yang berani melawannya akan mendapatkan berkah keagungan dan kemuliaan darinya. Namun dengan syarat, setahun kemudian seseorang yang melawannya harus menemuinya dan harus menerima karma apa pun perbuatannya di hari perayaan itu.


Para kesatria raja tidak ada yang berani menjawab, hingga suara pemuda Gwain menerima tantangan kesatria hijau mengejutkan seisi istana termasuk pamannya sendiri Raja Arthur. Pemuda Gwain pun maju melawan kesatria hijau, seharusnya Gwain hanya perlu menjatuhkan kesatria hijau saja, tetapi Gwain lupa dan sedikit ceroboh dia memenggal kepala kesatria hijau dia lupa peristiwa apa pun yang terjadi hari ini harus dia bayar setahun kemudian.


Hari-hari berlalu terasa cepat setelah peristiwa itu kisah pemuda Gwain melawan Kesatria hijau selalu menjadi cerita hebat di masyarakat bahkan dijadikan teater boneka jalanan. Gwain menjadi sangat populer dan disanjung seluruh pelosok negeri.


Setahun hampir berakhir, ibunya dan pamannya Raja Arthur serta semua orang yang mengagumi Gwain menjadi khawatir akan akhir kisah Gwain. Hingga ibu Gwain yang sangat menyayangi anaknya tersebut membuat sebuah selendang hijau yang harus selalu dipakai Gwain agar selamat dan tetap hidup walau apa pun yang terjadi pada Gwain. Gwain akan tetap hidup.


Pemuda Gwain pun dengan gagah berani berangkat memenuhi syarat yang telah dibuat setahun lalu yaitu mencari dan menemui Kesatria Hijau di sebuah Kapel Hijau.


Perjalanan Gwain sangat tidaklah mudah, dia menemui beberapa cobaan dan rintangan hidup. Hingga pada akhirnya Gwain menemukan anak sungai dan menemukan sebuah kapel penuh tanaman liar. Tampak sosok kesatria Hijau duduk di sebuah singgasana tanpa sepatah kata pun. Gwain pun belum cukup berani untuk menyapa kesatria hijau, sepanjang malam Gwain hanya terdiam terduduk di hadapan Kesatria Hijau.


Hingga pada pagi harinya kesatria hijau terbangun dan bertanya pada Gwain apakah sudah siap menerima sumpah setahun yang lalu? Namun ketika hendak menerima karmanya yang telah memenggal kesatria hijau ternyata pemuda Gwain belum cukup siap, dia berlari keluar kapel untuk kembali pulang dan meninggalkan Kesatria Hijau.


Selama perjalanan pulang Gwain terlihat terpukul dan menyesali semua perbuatannya di masa lalu yang harus dibayarnya di masa sekarang.


Hari-hari berlalu, Pemuda Gwain pun meneteskan air mata saat pamannya Raja Arthur di akhir hayatnya menobatkannya sebagai raja pengganti.


Setelah menjadi raja bukan bahagia yang Gwain dapatkan melainkan kesedihan - kesedihan yang Gwain alami. Mulai dari kehilangan kekasih, kehilangan anak hingga kehilangan seluruh keluarga, dan kerajaanya karena kalah perang.


Namun di akhir cerita tampaknya Gwain bukanlah seorang pengecut yang mendapatkan keagungan lewat kebohongan atau lari dari sumpahnya.


Karena di scene terakhir terlihat kembali saat sebelum Gwain lari dari Kapel hijau, terlihat Gwain melepas Sabuk jimat yang diberikan ibunya sebelum akhirnya ikhlas menerima karma dari kesatria hijau.


Pemuda Gwain memilih mati terhormat untuk memenuhi janji daripada kemuliaan semu yang berakhir kesedihan.