Senin, 15 April 2019

Asal Mula Air Laut Asin

CeritaSakti.com - Diceritakan pada dahulu kala hiduplah dua kakak beradik yang tinggal di sebuah hutan tak jauh dari tepi pantai. Kedua bersaudara ini mempunyai sifat yang sangat berbeda satu sama lain, kakaknya bernama Si Angkuh mempunyai sifat sombong dan rakus, adiknya Si Sabar bersifat lembut dan baik hati.


Dalam kehidupan sehari-harinya Sang kakak selalu saja bersikap kasar terhadap adiknya hingga pada suatu ketika Si Sabar pun tak sanggup lagi tinggal berdampingan dengan kakaknya. Ia pun lalu memutuskan pergi bersama istrinya untuk hidup mandiri jauh dari kakaknya yang jahat. 





Setelah berjalan kaki melewati hutan belantara yang lebat sampailah di sebuah padang sabana, merasa lelah dan letih ia lalu mengajak istrinya untuk istirahat di bawah pohon rindang nan sejuk.

Si Sabar melihat sekeliling lalu berkata "Kita sudah tujuh hari berjalan melewati hutan dan disini aku lihat sangat cocok untuk tempat tinggal, istriku..". Hari beranjak malam mereka pun tertidur kelelahan di bawah pohon rindang tersebut.

Air laut asin

Keesokan harinya pagi-pagi sekali mereka mengumpulkan kayu-kayu untuk membuat gubuk kecil dengan rumput ilalang sebagai atapnya.

Si Sabar hidup tenteram bersama sang istri dan jauh dari kakaknya yang jahat. Mereka membuka ladang dan berkebun seperti yang  orang-orang desa lakukan tak jauh dari gubuk tempat tinggalnya.

Si Sabar seminggu sekali pergi ke desa tersebut dengan berjalan kaki selama setengah hari untuk menukarkan hasil kebunnya dengan beras, pakaian, dan juga sedikit garam (kala itu garam adalah barang mewah dan mahal yang di tambang dari perut bumi).

Suatu hari ia mendengar percakapan penduduk desa tentang perayaan ulang tahun sang raja yang dirayakan di istana. Si Sabar menceritakan itu kepada istri nya di rumah. "Aku dengar raja akan berulang tahun diadakan di istana nya yang berada di balik bukit itu. Setiap penduduk akan berpakaian indah dan membawakan hadiah untuk sang raja".

Si Sabar dan istrinya terlihat tertunduk dan murung, mereka juga ingin pergi ke istana. Akan tetapi jangan kan baju bagus, untuk makan pun susah. Apalagi akhir - akhir ini hasil dari kebun habis di makan hama tikus.

Hari-hari pun berlalu seperti biasa, setelah selesai berkebun si Sabar pergi ke hutan mengumpulkan ranting kering untuk memasak beras di rumah. Di tengah perjalanan pulang, ia dikejutkan suara kakek-kakek berpakaian seperti pengemis yang duduk di atas batu sambil memegang tongkat kayu. "Hai anak muda kenapa kamu berjalan tertunduk dan wajahmu terlihat murung?" tanya si Kakek tua.

"Beberapa hari lagi raja berulang tahun, aku dan istri ku tidak punya baju bagus, hidup kami sangat miskin" jawab si Sabar. "Hemm, ambillah guci berisi penuh madu ini lalu pergilah menuju kaki gunung itu, carilah pohon yang paling tinggi dan buahnya berduri. Di sekitar pohon itu terdapat sebuah gua lubang nya hanya se ukuran manusia, tukarlah guci berisi madu ini dengan Lesung Batu" ujar Si kakek tua lalu beranjak pergi. 

Setelah mendengar dan menerima pemberian kakek tua, si Sabar bergegas menuju tempat yang disebutkan tadi. Beberapa saat berjalan kaki tibalah ia di bawah pohon tinggi yang buahnya berduri, tak jauh dari pohon itu terlihat mulut sebuah gua yang tertutup oleh tumbuhan liar. Terdengar suara ramai riuh rendah dari dalam gua, dengan memberanikan diri masuklah Si Sabar ke dalam.

Ternyata suara tadi berasal dari orang-orang kerdil yang sedang bercanda ria. Tiba-tiba seorang kurcaci (orang kerdil) berkata kaget "Hei diam!.. aku mencium aroma madu yang sedap".

Kemudian kurcaci lainnya yang bertubuh gendut melihat keberadaan si Sabar. "Apakah kamu yang membawa madu di dalam guci itu tuan?" tanya kurcaci gendut. "Betul, aku ingin menukarkannya dengan Lesung Batu yang kalian miliki" jawab si Sabar.

Para kurcaci terlihat berunding, "Baiklah..tinggal kan guci penuh madu itu dan ambillah Lesung Batu Ajaib kesayangan kami ini dan jangan pernah kembali lagi tuan yang baik hati" tukas pemimpin para kurcaci tersebut. 

Si Sabar keluar gua memegang Lesung Batu dan kembali menemui kakek tua di pinggiran hutan. "Jika kau putar ke arah kanan Lesung itu akan mengeluarkan apapun yang kau minta, untuk menghentikannya putarlah ke arah kiri, jagalah lesung Batu Ajaib itu dan hiduplah bahagia" kata kakek tua lalu menghilang lagi di balik pepohonan.

Di rumah sang istri mulai cemas, hari mulai gelap tetapi suaminya belum kunjung pulang. Beberapa saat kemudian samar-samar ia melihat si Sabar suaminya datang dengan menggendong ranting kering di punggungnya dan membawa sesuatu di tangannya.

Tanpa sepatah kata pun si Sabar yang baik hati masuk ke dalam gubuk kecil tempat tinggalnya itu, mengambil tikar anyaman dan mengajak istrinya duduk. Ia meletakkan lesung lalu memutarnya ke kanan. "Keluarlah nasi, keluarlah nasi.." sungguh ajaib nasi pun keluar dari dalam lesung.

"Keluarlah ikan asin yang sedap..keluarlah ikan asin yang sedap.." dan lagi-lagi keluarlah apa yang diperintahkan. Malam itupun mereka bahagia makan masakan yang enak-enak.

Di lain hari si Sabar meminta rumah yang bagus lengkap beserta isinya kepada lesung ajaib. Dan sekarang mereka mempunyai rumah mewah lengkap dengan kandang kuda di belakang rumah.

Karena sifatnya yang suka berbagi maka diundang lah seluruh penduduk desa untuk makan-makan tak terkecuali si Angkuh kakaknya juga diundang untuk datang.

Semua tamu sangat senang karena kebaikan si Sabar. Tapi tidak dengan kakaknya, si Angkuh merasa heran dan iri hati atas kemewahan yang dimiliki adiknya. Matanya tidak berhenti melirik kesana kemari melihat seluruh sudut rumah.

Tengah malam pesta makan pun usai seluruh tamu tertidur dengan perut kenyang kecuali si Angkuh tidak bisa tertidur di otaknya terus berpikir dari mana kekayaan yang di peroleh adiknya.

Sejenak kemudian tiba-tiba si Angkuh melihat adiknya keluar menuju ke belakang rumah, dengan penuh penasaran dia mengikuti dari belakang.

Kemudian terlihat adiknya mengangkat sesuatu dari dalam gentong besar di samping kandang kuda. Sayup-sayup pula ia mendengar adiknya bicara "..keluarlah oleh-oleh untuk tamu.." si Angkuh terkejut keheranan dan langsung kembali ke dalam rumah karena takut ketahuan adiknya. si Angkuh bergumam dalam hati, "hahaha...ternyata lesung ajaib itu yang membuat adikku kaya mendadak..aku harus memilikinya..!"

Pagi harinya oleh-oleh pun dibagikan kepada seluruh tamu, mereka pulang dengan wajah gembira kecuali si Angkuh. "Adikku yang baik hati, sudah lama kita berpisah ijinkan aku melepas rindu dan tinggal semalam lagi di rumahmu yang mewah ini" pinta sang kakak. Si Sabar mengabulkan permintaan kakaknya itu.

Malam pun tiba si Angkuh terlihat gelisah menunggu seisi rumah tertidur. Sampai pada saat yang ditunggu-tunggu tiba, si Angkuh yang jahat dan rakus mengendap-endap keluar rumah menuju samping kandang kuda untuk mengambil lesung tersebut, lalu bergegas pergi dengan mencuri kuda dan lesung ajaib.

Tanpa menoleh kebelakang lalu ia terus memacu kuda yang ditungganginya sampai hari menjelang pagi hingga tibalah di sebuah pantai dengan laut luas. Muncul niatnya mengarungi lautan ke tempat yang jauh sekali hingga adiknya tidak dapat menemukannya.

Matanya tertuju pada perahu yang tertambat di tonggak kayu besar. Sambil memangku lesung batu, di dayungnya perahu sekuat tenaga dan tak henti-henti.

Beberapa waktu mendayung akan tetapi tidak pula terlihat pulau atau daratan. Kini perutnya mulai terasa lapar, di putar lah lesung batu ke kanan.

"Keluarlah roti..keluarlah roti.." makanlah si Angkuh sampai bosan, lalu terpikir meminta makanan paling disenanginya "keluarlah ikan teri dan garam..keluarlah ikan teri dan garam.." sekejap keluarlah yang diucapkan si Angkuh. Kali ini ia mulai sadar dan mulai kebingungan bagaimanakah cara untuk menghentikannya.

Ikan teri dan garam terus keluar memenuhi perahu hingga akhirnya perahu pun tenggelam beserta si Angkuh, ikan teri dan Lesung Batu Ajaib yang terus berputar ke kanan mengeluarkan garam.

Sejak saat itu air laut rasanya seperti garam dan banyak pula ikan-ikan teri, dan juga ikan-ikan lainnya.