CERITASAKTI - Ketika kita merenungkan keanekaragaman kehidupan di planet ini, kita sering kali dikejutkan oleh keelokan dan keunikan hewan yang tersebar menghuni berbagai sisi bumi. Tragisnya, tidak semua hewan mampu bertahan melawan perubahan ekologi, perburuan berlebihan, dan perubahan lingkungan yang cepat. Berbagai jenis makhluk telah lenyap dari hamparan bumi, hanya menyisakan kenangan dan penyesalan atas ketiadaan mereka yang tak terelakkan.
Dalam tulisan ini, ceritasakti akan mencoba mengulik 5 Hewan Yang Telah Punah Dari Planet Bumi, mengulas riwayat di balik eksistensi mereka dan pentingnya upaya pelestarian untuk mencegah kemusnahan lebih lanjut. Baca dengan seksama.
1. Raphus cucullatus
Dodo (Raphus cucullatus) adalah salah satu contoh termasyur bagaimana musnahnya salah satu spesies makhluk hidup di muka bumi akibat ulah manusia. Burung ini berasal dari pulau Mauritius di Samudera Hindi. Dodo punah pada abad ketujuh belas, hanya berselang 10 tahun setelah orang-orang Eropa pertama kali menemukan pulau itu.
Kehadiran manusia dan makhluk dominan yang mereka bawa seperti babi dan anjing berkontribusi besar terhadap kemusnahan Dodo. Selain itu, perburuan yang tidak perlu juga menjadi sebab utama dalam kebinasaan burung ini. Meski sudah lama musnah, Dodo tetap menjadi simbol peringatan tentang kelemahan suatu spesies terhadap perilaku manusia yang berlebihan.
2. Thylacinus cynocephalus
Harimau Tasmania, atau disebut Tasmania tiger, adalah hewan berkantung pemakan daging yang berasal dari Tasmania, Australia. Spesies ini punah pada pertengahan abad ke-20, hilang total akibat perburuan besar-besaran dan terkikisnya wilayah hidup mereka karena invasi manusia.
Meskipun dikenal sebagai "Harimau", Tasmania tiger lebih mirip kanguru atau koala dalam kelompok subfamilia. Upaya untuk melacak bukti keberadaan Harimau Tasmania di alam liar terus dilakukan, namun hingga saat ini belum ada bukti pasti mengenai keberadaan spesies tersebut.
3. Equus quagga
Quagga adalah subspesies zebra yang mulanya ditemukan di South Africa bagian selatan. Ciri khas Quagga yang unik adalah pola garis-garisnya yang cuma terlihat jelas di bagian depan badannya, sedangkan bagian belakangnya memiliki variasi warna coklat pekat.
Kemusnahan Quagga terjadi pada paruh abad kesembilan belas, akibat perburuan berlebihan oleh penjajah Eropa yang menganggapnya sebagai pengganggu dari hewan ternak peliharaan yang mereka bawa. Pada tahun 1883, adalah tahun saat Quagga terakhir yang dirawat di kebun binatang Amsterdam kemudian mati.
4. Lipotes vexillifer
Baiji, atau sering disebut sebagai lumba-lumba air tawar di aliran bengawan Tiongkok, merupakan jenis tunggal lumba-lumba sungai yang bermigrasi dari Sungai Yangtze di Tiongkok. Kemusnahan Baiji yang terjadi pada tahun 2006 merupakan eliminasi spesies, yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti pembangunan bendungan, pencemaran air, dan perburuan yang tidak wajar menjadi elemen fundamentalnya.
Terlepas dari segala upaya telah digaungkan pemerintahan tiongkok untuk melindungi spesies ini, termasuk menyatakan bahwa sungai-sungai populasi baiji berada sebagai wilayah dilindungi pemerintah tiongkok. Ternyata, populasi Baiji terus menurun hingga populasinya musnah tak tersisa.
5. Rafetus swinhoei
Turtleback Yangtze, atau disebut "Yangtze Monster Softshell Turtle," adalah salah satu jenis kura-kuar air tawar terbesar di planet ini. Spesies ini merupakan bagian penting dari sistem ekologi Sungai Yangtze di Tiongkok.
Bagaimanapun, spesies ini secara resmi dinyatakan sudah punah pada tahun 2019 setelah seekor Turtleback betina terakhir diperkirakan berumur 90 tahun lebih telah mati. Hilangnya teritori alamiah, perburuan brutal, dan jerat jaring ikan penduduk sekitar menjadi bahaya paling mendasar yang telah merampas kehidupan kura-kura besar Yangtse hingga punah.
Eradikasi spesies-spesies ini merupakan sinyal penting bagi manusia, betapa lemahnya alam juga betapa pentingnya pemeliharaan dan perlindungan bagi flora atau fauna.
Kendatipun kita tidak dapat mengembalikan makhluk-makhluk ini dari kemusnahan, kita manusia dapat mengambil hikmah dari kegagalan sebelumnya dan fokus pada perlindungan, pemeliharaan pada spesies yang masih bertahan saat ini.
Melalui upaya pelestarian yang terus dilakukan kita dapat menjamin bahwa setidaknya kehidupan hewan eksotis ini tak akan mudah hilang selamanya.(E/S)